Friday, September 23, 2011

"Reshuffle", Presiden Utamakan Kompetensi

Dalam dunia sekarang ini, tampaknya hampir semua topik terbuka untuk diperdebatkan. Sementara aku sedang mengumpulkan fakta untuk artikel ini, saya cukup terkejut menemukan beberapa masalah yang saya pikir diselesaikan sebenarnya masih dibicarakan secara terbuka.
JAKARTA, KOMPAS.com " Dalam mencari anggota baru Kabinet Indonesia Bersatu II, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikatakan akan mengutamakan bibit, bebet, dan bobot sang calon. Tidak ada dikotomi antara profesional dan politisi agar selama tiga tahun ke depan pemerintahan berjalan lebih efektif.

"Yang penting dia memiliki integritas, spirit, dan kompetensi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa kepada wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (23/9/2011).

Hatta mengatakan, sebagai Menteri Koordinator Perekonomian, ia telah berkomunikasi dengan Presiden terkait kinerja para menteri yang berada di bawah koordinasinya.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini membantah kabar perombakan kabinet menteri telah mengganggu kinerja para menteri. "Ini (rencana perombakan kabinet) juga tidak berdampak secara ekonomi," kata Hatta.

Saya percaya bahwa apa yang Anda telah membaca sejauh ini informatif. Bagian berikut ini harus pergi jauh ke arah membersihkan setiap ketidakpastian yang mungkin tetap.

Pengamat ekonomi Mirza Adityaswara menegaskan, rencana reshuffle kabinet sebaiknya didasari pertimbangan kinerja dan governance (tata kelola). Dalam situasi menghadapi krisis Eropa yang kondisinya memerlukan kewaspadaan tinggi dan koordinasi yang solid, jangan sampai kita membuat keputusan perombakan kabinet yang dapat diartikan oleh pasar keuangan sebagai keputusan yang tidak tepat.

Dijelaskan, yang menjadi sorotan investor saat ini adalah bagaimana mengurangi hambatan investasi di daerah, penegakan hukum, percepatan pembangunan infrastruktur, dan meningkatkan governance departemen dan lembaga negara, termasuk governance BUMN.

Sementara itu, pengamat ekonomi Aviliani menyatakan, urgensi perombakan kabinet tidak terlalu memengaruhi perekonomian, khususnya terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan penurunan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam dua pekan terakhir ini.

"Tidak ada gunanya reshuffle, tetapi koordinasi harus lebih baik. Hal itu yang kurang saat ini. Bursa memang diperkirakan akan terus bergejolak lebih karena isu global, bukan karena reshuffle. Misalnya masalah utang di AS dan Eropa," kata Aviliani.

Menghadapi gejolak di pasar modal, menurut Aviliani, pemerintah perlu menyiapkan protokol krisis jangka pendek dan skim insentif bagi industri bila keadaan di AS dan Eropa memburuk. Dengan demikian, kita dapat menjaga pasar domestik sekaligus keseimbangan global.

Itulah terbaru dari pihak berwenang
bejubel market place terbaik indonesia . Setelah Anda terbiasa dengan ide-ide ini, Anda akan siap untuk pindah ke tingkat berikutnya.

No comments:

Post a Comment