adalah untuk terus tinggal di mencari informasi baru. Jika Anda membaca segala sesuatu yang Anda temukan tentang
, itu tidak akan memakan waktu lama bagi Anda untuk menjadi otoritas yang berpengaruh.
BANDUNG, KOMPAS.com " Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional Nono Adya Supriatno mengatakan, Kementerian Pendidikan Nasional tidak mempunyai data individual terkait jumlah siswa miskin jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Hal ini diakuinya sebagai kelemahan Kemendiknas dan ditengarai sebagai salah satu pemicu sulitnya menekan angka putus sekolah. Menurut Nono, kesulitan menyajikan data individual siswa miskin disebabkan sumber daya pekerjanya tidak mampu memperoleh dan mengolah data tersebut dari berbagai sumber. Meski demikian, dirinya merasa masyarakat harus memahami sulitnya menyajikan data individual siswa miskin. Mengingat, negara besar seperti Amerika baru bisa menyelesaikan data individual untuk mengintervensi pembangunan pendidikan selama lebih dari 10 tahun. Pikirkan tentang apa yang telah Anda baca sejauh ini. Apakah itu memperkuat apa yang sudah Anda ketahui tentang
? Atau ada sesuatu yang sama sekali baru? Bagaimana dengan paragraf yang tersisa?
"Data itu berat. Yang salah adalah tenaga yang seharusnya membuat data dari berbagai sumber," kata Nono ketika menjadi narasumber dalam lokakarya "Membedah Pembiayaan Pendidikan", Sabtu (23/7/2011) di Bandung, Jawa Barat. Ia menambahkan, hal itu menyebabkan hingga saat ini Kemendiknas selalu merujuk dari data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) tentang jumlah keluarga miskin. Siswa miskin itu berasal dari keluarga yang tergolong miskin. "Pengambilan data dari BPS dengan pendekatan saja. Kita asumsikan, ketika orangtuanya miskin, maka anak-anaknya itu masuk dalam kategori miskin, ujarnya
? Atau ada sesuatu yang sama sekali baru? Bagaimana dengan paragraf yang tersisa?
"Data itu berat. Yang salah adalah tenaga yang seharusnya membuat data dari berbagai sumber," kata Nono ketika menjadi narasumber dalam lokakarya "Membedah Pembiayaan Pendidikan", Sabtu (23/7/2011) di Bandung, Jawa Barat. Ia menambahkan, hal itu menyebabkan hingga saat ini Kemendiknas selalu merujuk dari data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) tentang jumlah keluarga miskin. Siswa miskin itu berasal dari keluarga yang tergolong miskin. "Pengambilan data dari BPS dengan pendekatan saja. Kita asumsikan, ketika orangtuanya miskin, maka anak-anaknya itu masuk dalam kategori miskin, ujarnya
No comments:
Post a Comment