DENPASAR, KOMPAS.com " Kekayaan hayati laut Indonesia, yang merupakan pusat keaneragaman hayati laut dunia, terus mengalami ancaman dalam beberapa dekade terakhir. Ancaman terbesar datang dari manusia yang seharusnya menjaga kelestarian salah satu sumber utama penghidupan ini. Dari data penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) secara berkesinambungan terungkap, kerusakan terumbu karang di Indonesia yang merupakan salah satu komponen penting ekosistem laut kini telah mencapai 70 persen. "Lima persen saja yg masih sangat baik, hanya 25 persen yang baik, dan 70 persen rusak," ujar Agus Dermawan, Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada Kompas.com di Jakarta, pekan lalu. Kerusakan parah disebabkan perilaku manusia yang mengeksploitasi laut secara membabi buta tanpa memedulikan aturan. "Ancaman lokal dari pembangunan pesisir, mangrove dibabat dan dibangun tambak-tambak, terjadi over fishing dan destructive fishing," ujar Agus. Jika Anda menemukan diri Anda bingung dengan apa yang Anda sudah membaca hingga saat ini, jangan putus asa. Semuanya harus jelas pada saat Anda selesai.
Dampak penurunan kualitas dan kesuburan perairan berpengaruh pada produksi ikan itu sendiri dan kerusakan ekosistem. "Akibat ulah manusia, terjadi coral bleaching, struktur karang tinggal kalsium saja, sementara hewan karangnya sudah habis semua," tutur Agus. Untuk mengurangi kerusakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan kini terus mengembangkan zona kawasan konservasi. Pemerintah menargetkan pada 2014 kawasan seluas 13,5 juta hektar masuk wilayah konservasi. Untuk mengoptimalkan upaya konservasi ini, pemerintah menerapkan formula baru, yakni konservasi yang tidak hanya melindungi spesies, tetapi juga memberi kesejahteraan kepada masyarakat. "Kawasan konsevasi bukan berarti masyarakat tidak boleh menangkap ikan, melainkan kami atur zonasinya. Ikan berkembang biak dan masyarakat bebas menangkap ikan," papar Agus. Kawasan konservasi multifungsi yang dikembangkan di Indonesia juga memberikan ruang untuk berbagai peruntukan, yakni rekreasi, wilayah binaan rumput laut, area perlindungan terumbu karang, dan daerah tangkapan ikan. Saat ini dibutuhkan kesadaran warga sekitar kawasan konservasi dan masyarakat pada umumnya, untuk bersama-sama menjaga kelestariannya.
Dampak penurunan kualitas dan kesuburan perairan berpengaruh pada produksi ikan itu sendiri dan kerusakan ekosistem. "Akibat ulah manusia, terjadi coral bleaching, struktur karang tinggal kalsium saja, sementara hewan karangnya sudah habis semua," tutur Agus. Untuk mengurangi kerusakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan kini terus mengembangkan zona kawasan konservasi. Pemerintah menargetkan pada 2014 kawasan seluas 13,5 juta hektar masuk wilayah konservasi. Untuk mengoptimalkan upaya konservasi ini, pemerintah menerapkan formula baru, yakni konservasi yang tidak hanya melindungi spesies, tetapi juga memberi kesejahteraan kepada masyarakat. "Kawasan konsevasi bukan berarti masyarakat tidak boleh menangkap ikan, melainkan kami atur zonasinya. Ikan berkembang biak dan masyarakat bebas menangkap ikan," papar Agus. Kawasan konservasi multifungsi yang dikembangkan di Indonesia juga memberikan ruang untuk berbagai peruntukan, yakni rekreasi, wilayah binaan rumput laut, area perlindungan terumbu karang, dan daerah tangkapan ikan. Saat ini dibutuhkan kesadaran warga sekitar kawasan konservasi dan masyarakat pada umumnya, untuk bersama-sama menjaga kelestariannya.
. Ketika orang mulai mencari informasi lebih lanjut tentang
, Anda akan berada dalam posisi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
No comments:
Post a Comment