JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa Bahasyim Assifie mengklaim sudah berwirausaha di banyak bidang sejak tahun 1972, sebelum bekerja di Direktorat Jenderal Pajak. Namun, dia tidak bisa membuktikan keabsahan sebagian usahanya itu dihadapan majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan saat diperiksa sebagai terdakwa, Senin (27/12/2010). Bahasyim menjelaskan segala usahanya ketika ditanya majelis hakim asal usul dana senilai Rp 36 miliar di rekening istrinya, Sri Purwanti. Awalnya, kata Bahasyim, ia mendirikan perusahaan supplier bahan bangunan. Kemudian, usaha itu berkembang hingga membuka toko bahan bangunan. Setelah itu, tambah dia, ia melakoni jual beli mobil eropa sejak tahun 1974 hingga tahun 1990-an. "Yang paling saya tekuni, saya buat studio foto di daerah Kalibata, Jalan Sabang dan Pasar Baru sekitar tahun yang sama. Itu maju pesat karena persaingan tidak sehebat sekarang. Disitu jual beli barang elektronik, alat-alat kamera diimpor dari Singapura," jelas dia. You can see that there's practical value in learning more about mobil keluarga ideal terbaik indonesia. Can you think of ways to apply what's been covered so far?
Usaha lain, menurut Bahasyim, yakni pemasangan saluran air. Namun, usaha itu gagal lantaran rekannya tidak profesional mengelola. Kemudian ia kembali kerja sama dengan pihak ketiga dalam bisnis peralatan senjata dan batu mulia. Selanjutnya, ia bekerja sama dengan pengusaha di Filipina dalam usaha hiburan seperti spa, massage, karaoke antara tahun 1990 hingga tahun 1998. Bahasyim menambahkan, ia sempat berinvestasi di Bank BNI 46 sekitar tahun 1998. Dia juga bisnis distribusi alat kecantikan dengan pengusaha di China. Usaha lain yakni jual beli tanah dan bangunan. Kemudian, ia menghentikan seluruh usahanya itu. Bahasyim mengaku mengalihkan seluruh hartanya ke investasi berbagai produk di Bank BNI. Fachrizal, salah satu jaksa penuntut umum, mempertanyakan bukti segala usaha yang disebutkannya. Bahasyim mengakui hanya memiliki bukti kerja sama dengan pengusaha China dan Filipina. "Sudah 38 tahun, saya sulit menyimpan (bukti usaha lain). Saya tidak mengira. Kalau tahu begini pasti saya simpan," katanya. Seperti diberitakan, selain didakwa korupsi senilai Rp 1 miliar, Bahasyim didakwa melakukan pencucian uang seluruh hartanya senilai Rp 64 miliar. Hartanya itu tersimpan di rekening Sri Purwanti, istrinya, dan dua putrinya yakni Winda Arum Hapsari dan Riandini. Menurut JPU, dari segala usahanya dan pekerjaan sebagai kepala di beberapa kantor pajak serta pejabat di Bappenas tidak mungkin menghasilkan harta sebesar itu.
Usaha lain, menurut Bahasyim, yakni pemasangan saluran air. Namun, usaha itu gagal lantaran rekannya tidak profesional mengelola. Kemudian ia kembali kerja sama dengan pihak ketiga dalam bisnis peralatan senjata dan batu mulia. Selanjutnya, ia bekerja sama dengan pengusaha di Filipina dalam usaha hiburan seperti spa, massage, karaoke antara tahun 1990 hingga tahun 1998. Bahasyim menambahkan, ia sempat berinvestasi di Bank BNI 46 sekitar tahun 1998. Dia juga bisnis distribusi alat kecantikan dengan pengusaha di China. Usaha lain yakni jual beli tanah dan bangunan. Kemudian, ia menghentikan seluruh usahanya itu. Bahasyim mengaku mengalihkan seluruh hartanya ke investasi berbagai produk di Bank BNI. Fachrizal, salah satu jaksa penuntut umum, mempertanyakan bukti segala usaha yang disebutkannya. Bahasyim mengakui hanya memiliki bukti kerja sama dengan pengusaha China dan Filipina. "Sudah 38 tahun, saya sulit menyimpan (bukti usaha lain). Saya tidak mengira. Kalau tahu begini pasti saya simpan," katanya. Seperti diberitakan, selain didakwa korupsi senilai Rp 1 miliar, Bahasyim didakwa melakukan pencucian uang seluruh hartanya senilai Rp 64 miliar. Hartanya itu tersimpan di rekening Sri Purwanti, istrinya, dan dua putrinya yakni Winda Arum Hapsari dan Riandini. Menurut JPU, dari segala usahanya dan pekerjaan sebagai kepala di beberapa kantor pajak serta pejabat di Bappenas tidak mungkin menghasilkan harta sebesar itu.
No comments:
Post a Comment