JAKARTA, KOMPAS.com " Meski menyatakan ingin meniru kesuksesan Partai Demokrat dalam Pemilu 2004 dalam meraup suara walau merupakan partai baru, Partai Serikat Rakyat Independen tak akan menjual citra Sri Mulyani Indrawati terzalimi selama menjadi Menteri Keuangan. Ketua Partai SRI Damianus Taufan mengatakan, apabila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat bisa meraih simpati publik karena merasa terzalimi saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, partainya tak akan meniru cara seperti itu. Waktu terbaik untuk belajar tentang
adalah sebelum Anda berada di tengah-tengah hal. Wise pembaca akan terus membaca untuk mendapatkan beberapa pengalaman berharga
sementara itu masih bebas.
"Kami tak mau meniru sisi teraniaya dan seolah terzalimi seperti SBY pada waktu itu. Tetapi, kami menjual sosok Sri Mulyani sebagai pemimpin masa depan dan berintegritas yang dibutuhkan bangsa ini," kata Taufan di Jakarta, Kamis (4/8/2011). Taufan mengakui, Partai SRI ingin meniru kesuksesan Partai Demokrat pada Pemilu 2004 silam. Sosok Sri Mulyani diyakini bisa juga untuk meraih simpati publik. Menurut Taufan, selain berupaya kerja keras, integritas partainya ditunjukkan dengan tokoh-tokoh di jajaran kepengurusan, antara lain advokat senior Todung Mulya Lubis; aktivis mahasiswa 1966, Rahman Tolleng; jurnalis senior Fikri Jufri; dan pengajar Universitas Indonesia, Arbi Sanit.
adalah sebelum Anda berada di tengah-tengah hal. Wise pembaca akan terus membaca untuk mendapatkan beberapa pengalaman berharga
sementara itu masih bebas.
"Kami tak mau meniru sisi teraniaya dan seolah terzalimi seperti SBY pada waktu itu. Tetapi, kami menjual sosok Sri Mulyani sebagai pemimpin masa depan dan berintegritas yang dibutuhkan bangsa ini," kata Taufan di Jakarta, Kamis (4/8/2011). Taufan mengakui, Partai SRI ingin meniru kesuksesan Partai Demokrat pada Pemilu 2004 silam. Sosok Sri Mulyani diyakini bisa juga untuk meraih simpati publik. Menurut Taufan, selain berupaya kerja keras, integritas partainya ditunjukkan dengan tokoh-tokoh di jajaran kepengurusan, antara lain advokat senior Todung Mulya Lubis; aktivis mahasiswa 1966, Rahman Tolleng; jurnalis senior Fikri Jufri; dan pengajar Universitas Indonesia, Arbi Sanit.
No comments:
Post a Comment